Judul Buku
: Cintabrontosaurus
Pengarang : Raditya Dika
Pengarang : Raditya Dika
Buku keduan Raditya Dika yang berjudul Cinta Brontosaurus,
diterbitkan pada tahun 2006. Hampir sama dengan buku sebelumnya, cerita-cerita
dalam buku ini berasal dari kisah keseharian Radith. Namun, buku kedua ini
menggunakan format cerita pendek (cerpen) yang bercerita mengenai pengalaman
cinta Radith yang sepertinya selalu tidak beruntung.
Sisi Dewasa Kambing Jantan
Cinta Brontosaurus adalah kumpulan pengalaman pribadi Raditya
Dika. Si pengarang Kambing Jantan yang bego, tolol, tetapi tetap kontemplatif.
Sebanyak tiga belas kisah di dalamnya adalah pengalaman nyata. Formatnya nggak
beda jauh dengan Kambing Jantan. Bedanya, kalau yang pertama dalam bentuk blog,
kali ini tampilannya dalam bentuk kumpulan cerpen. Sebagian konyol, sebagian
sedih. Dari penulisan, ceritanya jauh lebih dewasa. Ada beberapa kisah yang
memang diplot sebagai tema utama buku ini. Yang paling seru adalah cerita Di
Balik Jendela. Di sana Dika menceritakan sedihnya putus dengan kebo. Buku ini
romantis sekaligus kocak. Gaya becanda Radith dalam bercerita membuat buku ini
cocok buat kamu yang cinta humor, cocok juga buat pacar yang slengekan.
Kali ini saya mau membahas tentang
resensi bukunya bang Raditya Dika yang Judulnya Cinta Brontosaurus, di dalam
buku ini terdapat 13 cerita yang di mulai dari kisah mobil timor kalengnya si
bang kambing ini yang suka mogok. Seperti biasa, gaya nulis si bang Raditya dika tetep kayak ABG yang lagi
nulis diary, tapi alur ceritanya sudah jauh lebih mengalir. Sehingga kita bisa
masuk terlarut kedalamcerita yang disampaikan.
Kekurangan dari novel ini
adalah cara penyampaian cerita yang menggunakan kalimat atau kata sehari – hari
sehingga mudah untuk dimengerti oleh para pembaca, tetapi menggunakan dialek
dari daerah tertentu yang notabene itu
adalah daerah ibukota Jakarta. Sehingga, jika pembaca dari daerah yang
bukan dari daerah dan lingkungan anak muda seperti keadaan di ibukota maka akan
sangat sulit memahami bahkan memposisikan dirinya pada bukku karangan radith
ini. Terlebih dari buku ini banyak sekali menggunakan bahasa daerah yang tidak
dapat dipahami pada daerah lain seperti kata-kata ”sundul”,” jidat”, dsb. Kejeniusan
dari sang penulis dalam menyampaikan cerita dengan cara yang “konyol” yang bisa
membuat kita tertawa dan tersenyum ketika membaca novel ini. Tetapi apakah kita
tahu bagaimana jika buku ini sampai dibaca anak kecil yang dibawah umur.
Sedangkan bahasa dan cara becanda raditya dika banyak yang berbau porno dan
jorok. Kekurangan dari buku ini mungkin juga pada kata – kata yag bisa dibilang
vulgar tetapi tidak disensor, namun tidak menjadi sebuah masalah yang besar
karena semua tertutupi dengan cara penyampaian cerita yang menarik.
Masih sama dengan buku pertama –Kambing Jantan– yang
ditulisnya. Buku ini pun berupa kumpulan cerita-cerita nyata sang penulis
yang penuh dengan kebodohan dan kelucuan. Tidak seperti buku pertamanya yang
dibuat menyerupai blog diary, buku ke-duanya ini ditulis dengan gaya
penulisan cerpen.
Bukanlah seorang Raditya Dika jika ia menulis tak mampu
membuat orang ngakak kala membacanya. Buku Cinta Brontosaurus pun
memuat kisah-kisah memalukan Dika mulai dari pengalaman cintanya sampai menjadi
artis “dadakan” dalam proyek film yang digarap oleh Dika sendiri dan
teman-temannya.
Buku ini layak dijadikan obat penghilang stress.
Pasti kamu akan terbahak-bahak bahkan terbengong-bengong menyimak
keluguan, kelucuan, dan kebegoan Dika! Dan jangan lupa temukan juga
pengertian Cinta Brontosoaurus dalam buku ini!
Buku kedua ini, chapternya lebih panjang dari kambingjantan. Lebih seperti cerpen tepatnya. Isinya 13 kisah
cinta dodol yang smartly delivered. Isi dari buku ini meliputi kisah dari sewaktu Radith mengirim
surat cinta pertama ke teman saat SD hingga pengalaman Radith memerhatikan
kucing Persia-nya yang jatuh dengan kucing kampung tetangganya.
Sejarah pembuatan
CINTA BRONTOSAURUS.
Radith mengawali keinginan untuk membukukan catatan
hariannya di blog pribadinya saat ia memenangi Indonesian Blog Award. Radith
juga pernah meraih Penghargaan bertajuk The Online Inspiring Award 2009 dari
Indosat. Dari pengalaman itu, ia cetak (print out) tulisan-tulisannya di blog
kemudian ia tawarkan naskah cetakan itu ke beberapa penerbit untuk dicetak
sebagai buku. Awalnya banyak yang menolak, tapi kemudia ketika ia ke
Gagasmedia, sebuah penerbit buku, naskah itu diterima, meski harus presentasi dahulu.
Radit sukses menjadi penulis karena ia keluar dari arus utama (mainstream). Ia
tampil dengan genre baru yang segar. Yang membuat ia berbeda dari penulis lain
adalah ide nama binatang yang selalu ia pakai dalam setap bukunya. Dari buku
pertama hingga terbaru, semua judulnya mengandung nama binatang. Bagi Radith,
ini adalah selling point-nya. Bagi Radith, sebagai penulis tetap harus memiliki
inovasi. Sebenarnya, pada bulan-bulan pertama, buku pertamanya tidak terlalu
laku. Ini, menurut Radith, adalah risiko masuk dalam genre baru. Radith
kemudian gencar berpromosi di blog yang ia kelola. Selain itu ia juga gencar
promosi dari mulut ke mulut (word of mouth).
Radith meminta pembacanya untuk berfoto dengan buku
pertamanya itu kemudian dikirim ke Radith. Jadilah ini sebuah strategi
pemasaran yang bisa mengelola pembaca sebagai target pasarnya. Menurut Radith,
dalam menulis, tidak serta-merta setelah buku terbit, urusan selesai. Kemudian,
pemasaran diserahkan kepada penerbit. Sebaliknya, penulis seharusnya juga
menjadi pemasar bagi bukunya sendiri karena sebenarnya penulis juga seniman.
Penulis yang kreatif akan menjadikan bukunya sebagai produk yang baginya harus
bisa laku di pasaran. Meskipun pada dasarnya buku adalah bukan barang
komersial, tetapi memandang buku sebagai sebuah produk berilmu yang pelu
dipasarkan adalah sebuah hal yang perlu dilakukan saat ini.
Menjadi penulis sukses bukan berarti tidak ada hambatan[1].
Menurut Radith, hambatan bukan hanya dari industri buku, melainkan juga dari
hal-hal yang sifatnya diagonal. Artinya, lawan dari industri buku bisa jadi
bukan industri buku lain tapi industri lain yang sebenarnya tidak berhubungan
sama sekali seperti hiburan (entertainment), makanan, dan lain-lain.Sebagai
contoh, bila ada anak muda memiliki uang 50.000 rupiah, belum tentu ia akan
membelanjakannya untuk buku. Bisa jadi uang itu digunakan untuk menonton film
di bioskop atau membeli makanan cepat saji. Dan yang jelas, buku bukan pilihan
utama. Bagi Radith hal ini memang sudah lazim. Yang perlu dilakukan adalah
terus berkreasi dan bertindak kreatif. Baginya, kompetisi yang ada adalah kunci
untuk berinovasi. Tekanan kompetitor bisa menjadi motivasi untuk terus
memberikan ide-ide baru dan menggali kemampuan.
Radith kini meneruskan studinya di program ekstensi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Indonesia. Selain itu, kini ia
berkarier di penerbit buku Bukune. Radith bertindak sebagai direktur juga
sebagai direktur dan pemimpin redaksi
Kritiklah terus orang lain. Cari dan temukan kesalahan mereka.
Meski mereka melakukan keberhasilan, pasti ada banyak bopeng-bopeng yang
menarik untuk diungkapkan. Tunjukkan pada orang banyak, bahwa anda mempunyai
tatapan setajam elang untuk menemukan kelemahan orang lain. Dengan demikian
anda bisa meletakkan diri setingkat lebih tinggi dari mereka. Lalu, temukan apa
yang terjadi pada diri anda. Ya! Kini anda menjadi cermin yang memantulkan
bayangan kelabu dari siapa pun yang anda jumpai. Maka, jangan risau bila takkan
ada orang yang berkenan berdiri di hadapan anda. Bukan karena mereka tak mau
jujur melihat bayangannya sendiri, namun tak seorang pun suka melihat bayangan
yang terpantul dari cermin yang retak.
Bila anda terus-menerus mengkritik orang lain, anda menunjukkan
keretakan yang ada pada diri sendiri. Tak ada tempat yang pantas bagi pecahan
cermin, selain dipendam dalam-dalam agar tak melukai telapak kaki yang berderap
melangkah maju.Seringkali kita menghadapi "kebekuan" dalam memulai
percakapan, apalagi dengan orang yang belum kita kenal dengan baik
Alkisah,ketika duduk di bangku SD, Raditya Dika menyukai seorang
anak perempuan di kelasnya yang bernama Lia. Ia memutuskan menulis surat cinta
pada gadis pujaannya itu. Agar terlihat keren, ia berencana menulis surat
tersebut dalam bahasa Inggris. Ia bermaksud mengatakan "Aku memikirkanmu
setiap malam" dalam bahasa Inggris. Sial, ia hanya tahu bunyinya,tak tahu
bagaimana cara menulisnya."I thing of you every..." dengan sok tahu
ia mulai menulis. Tapi bagaimana menulis 'Night'? Untunglah pada saat itu ada
tayangan Masked Rayder Knight. Aha!Langsung ia berpikir pastilah itu cara
menulis 'Night'. Tanpa pikir panjang ia melanjutkan menulis "I thing of
you every knight".Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.
Ternyata Sang Pujaan Hati pernah tinggal di Amerika. Bukannya menanggapi cinta
Dika, dalam surat balasannya Lia malah mengkritik kata-kata yang salah dalam
surat cinta Dika. Jadilah surat Dika bagai karangan yang sedang dikoreksi oleh
guru bahasa Inggris. Lebih parah lagi karena ternyata Lia sudah mempunyai
pacar. Cinta pertama Dika pun berakhir tragis.
Cerita di atas hanya salah satu dari beberapa cerita dalam buku "Cinta Brontosaurus". Dalam buku keduanya setelah "Kambing Jantan,Catatan Harian Pelajar Bodoh" ini, Raditya Dika bercerita tentang pengalaman hidupnya yang sebagian besar bertema cinta, dari kisah cintanya ketika SD hingga kisah cinta antara kucing kampung dan kucing persia.Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, buku ini menjadi menarik karena dibumbui dengan pikiran-pikiran konyol Dika. Sifatnya yang humoris dan keahliannya mengolah kata membuat Dika mampu mengemas cerita yang sebenarnya tragis menjadi kocak.Jika kebanyakan orang berusaha melupakan dan menyembunyikan kejadian yang memalukan, Dika malah dengan blak-blakan menceritakannya, mulai dari sarung yang melorot, menghadapi anak yang super bandel di Australia, hingga adegan film 'porno'. Tak hanya itu, Dika juga merelakan ke'abnormal'an para anggota keluarganya diekspos.
Cerita di atas hanya salah satu dari beberapa cerita dalam buku "Cinta Brontosaurus". Dalam buku keduanya setelah "Kambing Jantan,Catatan Harian Pelajar Bodoh" ini, Raditya Dika bercerita tentang pengalaman hidupnya yang sebagian besar bertema cinta, dari kisah cintanya ketika SD hingga kisah cinta antara kucing kampung dan kucing persia.Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, buku ini menjadi menarik karena dibumbui dengan pikiran-pikiran konyol Dika. Sifatnya yang humoris dan keahliannya mengolah kata membuat Dika mampu mengemas cerita yang sebenarnya tragis menjadi kocak.Jika kebanyakan orang berusaha melupakan dan menyembunyikan kejadian yang memalukan, Dika malah dengan blak-blakan menceritakannya, mulai dari sarung yang melorot, menghadapi anak yang super bandel di Australia, hingga adegan film 'porno'. Tak hanya itu, Dika juga merelakan ke'abnormal'an para anggota keluarganya diekspos.
Tips menulis ala Dika
1. Cari perspektif baru
Bukalah perspektif dan persepsi kamu mengenai suatu
kejadian.
"Sudah banyak penulis bermunculan. Tinggal bagaimana
kamu mencari perspektif baru yang membuat kamu unik dan berbeda dari yang
lain," kata Radit saat memberikan materi dalam seminar Kreatif Menulis Rejeki
Tak Akan Habis di Auditorium Kampus Bina Nusantara (Binus) Anggrek, Kebon
Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (16/6/2011).
2. Temukan perspektif baru melalui pengalaman pribadi
Saat bingung dan tidak memiliki ide apa yang hendak kamu
tulis, kamu dapat menuliskan pengalaman pribadi atau kegiatan sehari-hari yang
sederhana. Meski hanya berupa kegiatan sederhana yang kurang menarik, dengan
cara pandang berbeda tulisan tersebut menjadi menarik.
3. Jangan takut mencoba menulis
Menulis merupakan kegiatan yang mudah, tidak membutuhkan
biaya besar. Cukup dengan menyediakan waktu, selembar kertas dan alat tulis,
telepon seluler, laptop atau komputer, kamu sudah dapat menciptakan sebuah
tulisan.
4. Temukan ciri khasmu
Selera setiap orang tentu berbeda, demikian pula gaya
menulis seseorang yang dapat menjadi ciri khas penulis tersebut.
5. Jangan takut dikritik
Sebagai pemula, belum tentu dapat langsung sukses saat
mencoba menulis di kesempatan, namun jangan lantas berhenti menulis ketika
mendapat kritik atau saran.
"Saya pernah dikritik bahwa tulisan saya jelek. Tapi
saya tidak lantas berhenti menulis," kata Radit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar